UTS Matematika kemaren saya membuat sebuah soal unik tentang persamaan linear untuk kelas X. Sebenarnya materi ini diberikan di semester pertama, tapi karena semester pertama banyak libur, (terutama puasa) maka saya pindah ke semester kedua yang waktunya lebih panjang. Soal yang saya buat berbeda untuk setiap peserta didik. Ini untuk mengurangi kecurangan dalam ujian. Untuk soal persamaan linear soalnya ada 3, yang 2 variable 2 dan 3 variable 1. Untuk dua variable jawabannya kalau disusun akan membentu tahun lahir setiap peserta didik. Untuk yang tiga variable jawabannya adalah tanggal dan bulan lahir.
Ketika saya sedang membuat soal, saya baru tersadar, ternyata usia saya dengan peserta didik kelas X adalah 10. Jreng. Saya baru tersadar kalau saya sudah tua. Sudah tua sekali.
Kenapa sudah tua? Mungkin orang akan bilang umur dua puluhan tahun itu masih muda. Tapi menurut saya ga. Karena sudah umur dua puluhan tahun ternyata saya masih single. Saya belum punya rumah sendiri, belum punya apa yang bisa dipersiapkan kalau saya benar-benar sudah tua.
Sempat terpikir, kalau saya menikah umur dua puluhan (misalnya umur antara 25 – 30 tahun), kira-kira umur berapakah anak saya ketika ia sudah menginjak bangku SMA? Ketika saya membahas hal ini dengan teman saya yang juga belum menikah, dia jadi bersemangat cepat2 menikah. Walaupun entah sudah ketemu jodohnya atau belum.
Saya jadi sedikit galau, walaupun tahun galau (2012) sudah berakhir, tapi tetap saja masih ada sisa-sisa kegalauan itu. Galau dengan kata-kata ini:
‘Umur sudah 26 tahun, belum nikah, belum punya rumah, belum punya kendaraan sendiri dll’
Tapi saya tepis kata-kata itu dalam hati dengan tujuan hidup yaitu, bisa kembali kepada Allah dengan membawa Iman n AMal.
Meskipun galau masih menyelimuti.
Santai saja π
Jangan terburu-buru. Semoga dengan menikah itu mencegah masalah, jangan menambah masalah π .
Usia saya sudah 23, masih terkatung-katung dengan skripsi, juga belum kerja. Oh, kalau ditanya galau apa tidak, saya lebih tepatnya malu sama diri sendiri. Memang sih ortu melarang saya kerja, saya disuruh kuliah saja, jangan kerja. Setelah kuliah, terserah kerja apa juga tak masalah. Makanya saya sekarang ingin cepat-cepat wisuda, kemudian kerja π . Ingin merasakan dunia kerja itu seperti apa dan berbaur di lingkungan baru π
doakan ya π
Ya, thanks motivasinya. Dulu pas kuliah pusing ‘kapan lulusnya ya?’ π Pas udah lulus pusing nyari kerja, pas udah dpt kerja pusing cari laiinya, … Jadi instropeksi diri tntang tujuan hidup.
Memang kenapa? Toh angka harapan hidup orang Indonesia sudah menembus usia 70 tahun, jepang sudah 85.
Optimis saja mas burhan, memangnya mau punya anak berapa, hehehe
“memangnya mau punya anak berapa?’ pertanyaanya sedikit menggelitik.
Jadi, harus optimis ya, π
#btw thanks blognya olimpiadenya yg UNY itu, aku banyak belajar dari situ, n berhasil (walau cuma perwakilan propinsi).
Kita nikmati saja ya hehe
Intinya tetap saja pusing haha
ya, intinya tetap z pusing, tapi masalah justru akan membuat diri kita semakin lebih dewasa.
cie cie cie….dewasa ni yeeeee……
masalah bikin kita dewasa? di kaka, bikin galau deh kayaknya……
Awalnya bikin galau sih kak, tapi setelah masalah kelar, akan timbul masalah lagi, selesai lagi ada lagi, sampai berulang-ulang tak ada habisny. tapi kita klo bisa lebih bijaksana menangani masalah itu, kedewasaan akan timbul.
CMIIW (Cuma pendapat seorang yang belajar dewasa, tapi ga masih belum juga dewasa)
mulai menabung heheheheheehehehehe……………..